Dalam Negeri Suriah Kacau, Iran Peringatkan KetidakstabilanRegional, Bikin Israel Lakukan Provokasi
Dalam Negeri Suriah Kacau, Iran Peringatkan Ketidakstabilan Regional, Bisa Undang Israel Lakukan Provokasi
Kementerian Luar Negeri Iran menyatakan keprihatinan mendalam mengenai meluasnya kekacauan, kekerasan dan ketidakstabilan di dalam negeri Suriah.
Iran memperingatkan bahwa situasi yang tidak diinginkan tersebut dapat membuka jalan bagi ketidakstabilan regional dan provokasi Israel lebih lanjut.
Juru bicara Kemlu Iran, Esmaeil Baghaei menyampaikan pernyataan tersebut pada Jumat (7/3/2025).
Ia mengatakan Iran menentang keras ketidakamanan, kekerasan, pertumpahan darah, dan penderitaan rakyat Suriah yang tidak bersalah oleh kelompok atau faksi mana pun.
“Iran menganggap tindakan tersebut berkontribusi terhadap penyebaran ketidakstabilan di kawasan dan hasutan lebih lanjut oleh pihak ketiga, khususnya rezim Zionis,” tegasnya.
Pernyataan itu muncul di tengah laporan meningkatnya konfrontasi di Suriah antara militan Hay'at Tahrir al-Sham (HTS) dari rezim penguasa sementara baru di Suriah dan kelompok oposisi bersenjata di wilayah barat negara tersebut.
Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), sebuah lembaga pemantau yang berbasis di Inggris, lebih dari 70 orang tewas di tengah bentrokan baru-baru ini.
Operasi kelompok oposisi menandai salah satu pembalasan terkoordinasi paling substansial terhadap rezim baru, yang menguasai seluruh negara akhir tahun lalu di tengah serangan gencar Israel terhadap infrastruktur sipil dan pertahanan Suriah.
Rezim Israel terus melancarkan agresinya terhadap Suriah, dengan alasan ingin mencegah meluasnya kekerasan di negara itu ke wilayah Palestina yang diduduki.
Rezim tersebut bahkan bertindak sejauh menduduki zona penyangga yang dipantau oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Tel Aviv, Suriah.
Baghaei menekankan bahwa Iran memantau dengan cermat perkembangan internal Suriah dan merasa khawatir dengan laporan yang merinci meningkatnya kekerasan dan ketidakstabilan.
Teheran, katanya, mengingatkan pemerintahan sementara di negara itu tentang tanggung jawabnya dalam menjamin keamanan semua warga negara Suriah.
Ia menegaskan kembali posisi teguh Iran mengenai perlunya menjaga keamanan dan stabilitas di Suriah.
Baghaei menggarisbawahi pentingnya membangun kondisi yang mendukung hidup berdampingan secara damai di antara semua kelompok etnis dan sosial dalam masyarakat Suriah.
Selain itu, ia menyoroti kebutuhan penting untuk menjaga integritas dan persatuan wilayah Suriah, terutama mengingat tindakan agresi dan ancaman rezim Israel.
Puluhan Orang Tewas di Suriah
Lebih dari 70 orang dilaporkan tewas dan puluhan lainnya terluka di Suriah akibat pertempuran sengit antara militan Hay'at Tahrir al-Sham (HTS) yang berkuasa dan kelompok oposisi bersenjata di bagian barat negara itu.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) mengatakan dalam sebuah posting di X pada hari Jumat bahwa korban tercatat di pantai Suriah setelah militan HTS disergap.
Di kota pesisir Jableh dan desa-desa tetangga di Kegubernuran Latakia, 48 orang tewas dalam pertempuran, kata laporan itu.
SOHR mengatakan serangan terkoordinasi itu adalah yang terbesar terhadap penguasa baru Suriah sejak Presiden Bashar al-Assad digulingkan pada awal Desember tahun lalu.
Setidaknya 16 militan HTS tewas dalam bentrokan pada hari Kamis di provinsi Mediterania Latakia, yang dihuni oleh warga Alawi dan Muslim Syiah.
Wilayah ini merupakan rumah bagi pangkalan udara Hmeimim – pangkalan strategis Suriah yang dioperasikan Rusia.
Operasi oleh kelompok oposisi itu terjadi setelah pemantau sebelumnya melaporkan serangan yang dilancarkan oleh helikopter terhadap desa Beit Ana dan hutan di sekitarnya serta serangan artileri terhadap desa tetangga.
Para pemimpin Alawite telah menyerukan dalam sebuah pernyataan di Facebook untuk "unjuk rasa damai" sebagai tanggapan atas serangan helikopter, yang mereka katakan telah menargetkan "rumah-rumah warga sipil."
Otoritas HTS memberlakukan jam malam di Latakia, kota pelabuhan Tartus, dan kota barat Homs.
Ketegangan meletus setelah penduduk Beit Ana, tempat kelahiran Suhail al-Hassan, mantan komandan tinggi tentara Suriah di bawah Assad, mencegah militan HTS menangkap seseorang di desa tersebut.
Hassan dilaporkan memimpin divisi misi khusus elit yang dikenal sebagai Pasukan Harimau.
Posting Komentar