Era Digital: Mengapa Pertukaran Uang Baru Tetap Populer Sebelum Lebaran?

JAKARTA, bogorpedia.id Mendekati hari raya Idul Fitri atau Lebaran, warga bersaing untuk mendapatkan informasi tentang menukar uang dengan yang baru.
Layanan pertukaran uang baru umumnya tersedia melalui saluran resmi seperti Layanan Kas Keliling Bank Indonesia (BI) serta lembaga perbankan. Selain itu, terdapat juga jalur non-resmi berupa layanan tukar-uang baru yang sering kali dapat ditemukan di tepi jalan raya.
Proses pertukaran uang baru ini sering disukai oleh banyak orang sebagai bagian dari kebiasaan memberikan THR untuk perayaan Lebaran.
Di luar menjadi ikon kesenangan dan berkat, mata uang baru juga dipandang sebagai elemen dalam merayakan peringatan besar tersebut.
Banyak orang meyakininya demikian: menyampaikan tunjangan hari raya dalam bentuk uang segar ke anak-anak, keluarga, serta tetangga merupakan ungkapan cinta dan harapan bagi nasib yang lebih sejahtera di kemudian hari.
Meskipun teknologi sudah maju dan mempermudah orang untuk mengirimkan uang secara daring menggunakan sistem QRIS, e-wallets, sampai tranfer perbankan, pertukaran uang tunai masih menjadi pilihan yang populer di kalangan masyarakat.
Ini bisa diperoleh dari semakin bertambah banyaknya orang yang mendaftar untuk menukar uang baru lewat Layanan Tunai Bank Indonesia Yang Bergerak.
Sepanjang empat gelombang pendaftaran terbuka, kebanyakan dari mereka menemui masalah disebabkan situs web registrasi tidak dapat diakses dengan mudah karena adanya sejumlah besar orang yang mencoba membukanya untuk melihat Pintar BI.
Walaupun pedagang jasa tukar uang baru yang biasanya berada di tepi jalan pun masih banyak dicari oleh orang-orang. Bukan hanya di jalanan saja, layanan tukar menukar uang baru tanpa izin formal ini sudah menyebar hingga ke platform media sosial.
Sebenarnya, layanan pertukaran mata uang baru itu mengenakan biaya jasa yang cukup tinggi.
Sebagai contoh, salah satu akun X yang menawarkan layanan pertukaran uang mengenakan biaya sebesar Rp 10.000 untuk transaksi menukar uang pecahan Rp 1.000 dengan total nilai Rp 100.000.
Dikenakan biaya sebesar Rp 20.000 untuk menukar uang baru dengan denominasiRp 2.000 dalam jumlah total Rp 200.000 dan biaya tambahan sebesar Rp 75.000 untuk penukaran uang kertas berdenominasi Rp 5.000 atau Rp 10.000 yang mencapai nilai Rp 1 juta.
Mengapa pertukaran mata uang yang baru masih menjadi hal yang menarik bagi banyak orang?
Bogorpedia.id telah berusaha mengonfirmasi alasan di balik kecenderungan mereka menukar uang baru dibandingkan dengan penggunaan layanan transfer uang secara daring pada sebagian orang yang bersedia 'mengantri' dalam proses pendaftaran tukar uang baru Bank Indonesia demi meraih jawaban atas pertanyaan tersebut.
Seorang penduduk dari Jakart Utara bernama Lenti (52 tahun) menyatakan bahwa dia sudah berusaha mendaftar untuk menukar uang baru di Pintar BI sebanyak dua kali dan hanya berhasil saat usaha kedua karena pada kesempatan pertamanya, kuotanya telah terisi semua.
Setiap tahun, ia dengan konsisten turut serta dalam program tukar uang baru yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia. Tujuannya adalah untuk dapat menyajikan Tunjangan Hari Raya kepada keluarganya menggunakan uang yang masih segi empat.
Ternyata, keluarga dekat dan tetangga, khususnya anak-anak, merasa bahagia ketika mendapatkan THR dalam bentuk uang baru, terlebih lagi jika denominasinya adalah pecahan kecil seperti Rp 1.000 atau Rp 2.000.
Menurut pendapat saya, kemungkinan besar perbedaan tersebut disebabkan oleh uang baru mereka. Sesungguhnya, hubungan keluarga ini sebetulnya bukanlah sesuatu yang kita terima sebagai pemberian. gede-gede "Namun, anak-anak dari keluarga-keluarga tersebut cenderung lebih suka mendapatkan uang baru," katanya saat berbicara dengan bogorpedia.id di sekitar Halaman Masjid Istiqlal, Jakarta, pada hari Senin (10/3/2025).
Sama seperti perasaan Arnidia (34 tahun), seorang ibu rumah tangga, yang menyatakan telah menukarkan uang baru dalam denominasi Rp 1.000 sampai Rp 10.000 karena menurutnya uang kertas berdenominasi tinggi lebih gampang diperoleh lewat mesin ATM.
Menurut dia, uang koin atau pecahan kecil lebih disukai anak-anak untuk dijadikanTHR.
"Kemungkinan besar karena buzz yang ada saja, anak-anak tersebut pasti lebih bersemangat dan antusias ketika diberikan uang baru. Selain itu, pembagianannya pun menjadi lebih mudah bagi kita," jelasnya.
Arnidia pun lebih memilih untuk menukar uang baru di Bank Indonesia daripada menggunakan layanan tukar-menukar tak resmi karena BI tidak mengenakan biaya administrasi.
"Bila kita membandingkan dengan layanan pertukaran uang, biasanya akan dikenakan biaya administrasi. Tahun ini, katanya biaya tersebut mengalami kenaikan cukup signifikan. Beberapa menetapkan tarif antara 10 hingga 15%, beberapa lainnya kurang dari 10% tetapi secara umum rata-ratanya adalah 10 sampai 15%. Biayanya per transaksi senilai Rp 100.000. Itulah informasi yang saya miliki. Kami mencoba menjalin hubungan karena lokasinya dekat, serta proses registrasinya pun mudah dilakukan daring. Jadi mari kita lakukan upaya agar mendapat kesempatan slot dalam sistem daring tersebut," terangnya.
Meski belum melakukan pendaftaran online, Mut (55 tahun), salah satu jamaah Masjid Istiqlal, tetap berusaha mengganti uang baru dengan mendatangi Kas Keliling BI.
Karena ia menginginkan uang segar untuk didistribusikan sebagai THR kepada anak-anaknya serta warga di lingkungan sekitarnya.
"Saat di desa, ketika orang ingin memberi sedekah menggunakan uang baru, mereka merasa hal ini membawa kegembiraan bagi tetangga dan anak-anak karena mendapat uang yang masih segar. Ini menciptakan rasa nyaman meskipun tidak dilihat dari besarnya nominal tersebut, namun lebih kepada sifat baik hatinya," jelas Mut.
Karenanya, ia menginginkan BI untuk menolong masyarakat yang kurang mahir dalam hal teknologi seperti dirinya dengan menyediakan layanan tukar-uang baru yang tidak mensyaratkan pendaftaran daring sebelumnya.
Posting Komentar