ZMedia Purwodadi

Kebangkitan Teknologi China: Peran Pendidikan dalam Membentuk Masa Depan

Table of Contents

bogorpedia.id - Niat Tiongkok untuk menjadikan dirinya sebagai poros utama produksi teknologi global sebagaimana diimpikannya melalui visi "Produk dari China 2025" sepertinya kian mendekati realisasinya. Ingat kejadian DeepSeek Apa yang menyentuh saham perusahaan teknologi besar di Amerika Serikat (AS)?

Hanya itu sebagai bagian dari narasi mengenai kemajuan China dalam sektor teknologi vital semacam Kecerdasan Buatan (AI). Berita tentang pemulihan dan pertumbuhan negara ini di ranah industri teknologi pun sudah mulai tersebar.

Kebangkitan industri teknologi China

Dalam bidang perkembangan komputer kuantum, China baru-baru ini telah melakukan kemajuan. pamer Zuchongzhi-3 , prototipe prosesor komputer kuantum yang dinyatakan 1.000 triliun (1 kuadriliun) kali lebih cepat dibandingkan dengan El Capitan, superkomputer paling canggih di Amerika Serikat pada masa itu.

Selanjutnya, sektor teknologi kendaraan listrik melihat pertumbuhan signifikan dari China. Menurut laporan WTO, tahun 2023, China menjadi negara terbesar dalam hal ekspor kendaraan bertenaga listrik dengan volume mencapai 1,8 juta unit, melewati posisi pemimpin lama yaitu Jepang dan Jerman seperti yang diperkirakan pada tahun 2017.

Cerita tentang kemunculan kembali teknologi di China menjadi semakin epik ketika menghadapi hambatan dari luar negeri. Mulai tahun 2018, Amerika Serikat aktif membatasi perkembangan China dengan menerapkan sanksi terhadap perusahaan-perusahaan teknologinya serta menetapkan tarif yang sangat tinggi.

Huawei Pada masa tersebut, menjadi prioritas utama untuk melarang penggunaan beragam teknologi Amerika Serikat, termasuk sistem operasi, prosesor, serta modem 5G. Namun, hal ini tidak menyurutkan niat China sebagaimana Huawei justru menciptakan ekosistemnya tersendiri.

Dalam bidang teknologi semikonduktor, walaupun belum seadvanced seperti di Amerika Serikat, China Berhasil mengembangkan chipset internal. Perusahaan seperti Huawei dan produsen semikonduktor China bernama SMIC mampu menciptakan chipset Kirin 9000s yang kompatibel dengan jaringan 5G. Di samping itu, Huawei pun telah merancang sistem operasi mereka sendiri.

Gairah China dalam mengurangi ketergantungannya pada komponen semikonduktornya dari Amerika Serikat pun terlihat jelas di sektor kecerdasan buatan. Saat melatih teknologi AI, DeepSeek Ternyata menggunakan prosesor Huawei Ascend 910C dan Nvidia H800 dengan spesifikasi di bawah H100 dikarenakan pembatasan oleh Amerika Serikat.

Bangkitnya Cina juga mulai merambah sektor industri chip penyimpanan atau yang lebih dikenal dengan RAM. Menurut laporan terkini dari Korea Institute of Science and Technology Evaluation and Planning, perusahaan RAM buatan Cina bernama CXMT telah menguasai pangsa pasarnya secara global.

Saat ini, CXMT berada di posisi kedua dalam persaingan industri RAM, secara ketat menyusul perusahaan Amerika Serikat bernama Micron. Perusahaan ini sukses mengungguli raksasa sektor memori seperti Samsung dan SK Hynix yang sudah lama menduduki puncak klasemen.

China serius dalam mencapai kemerdekaannya di bidang teknologi. Kemajuan teknologinya saat ini tak terjadi dengan mudah. Pengembangan teknologi di negara tersebut didasari oleh konsep-konseptual yang solid dan berkelanjutan sepanjang waktu.

Selanjutnya, konsep ini diwujudkan menjadi sejumlah program guna menciptakan kemandirian teknologikal di Cina. Melalui berbagai program tersebut, negara tidak lupa mengintegrasikan pendidikan sebagai upaya persiapan tenaga kerja yang kompeten.

Konsep kemajuan serta ketangguhan teknologi sepanjang zaman

Cina telah mengalami pertumbuhan cepat dari sebuah negeri terbelakang di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi modern menjadi suatu negara kuat dengan pengaruh signifikan dalam hal kemajuan sains serta teknologi dunia.

Pertumbuhan tersebut tidak terlepas dari konsep inovasi dan kemandirian teknologi yang telah dicanungkan oleh China selama ini. Bila saat ini Tiongkok sedang agresif dalam pengembangan serta produksi barang-barang berteknologi, hal itu berakar pada prinsip untuk senantiasa menciptakan ide-ide baru.

Inovasi merujuk kepada seluruh kegiatan yang dilakukan guna mempromosikan susunan baru. Perkembangan negara Cina sampai sekarang ini sangat bergantung pada konsep inovatif tersebut. Terdapat beberapa pemikiran filsafati yang sudah menjadi bagian dari warisan budaya Tiongkok demi terciptanya kemajuan dan kreativitas dalam kehidupan.

Dikutip dari buku Filosofi Pengembangan Baru Xi Jinping (Hu Angang, 2018) menyebutkan bahwa pada era Dinasti Zhou Barat, ada ide inovatif berupa ungkapan, “setiap metode yang berguna harus menyesuaikan diri dengan perubahan jaman,” hal ini tercermin di dalam karya I Ching (Buku Perubahan).

Gagasan itu mendorong kita untuk selalu mengeksplorasi kebenaran serta beradaptasi dengan perubahan jaman lewat konsepsi baru, pendekatan segar, dan alat bantu canggih agar bisa meraih tujuan yang diinginkan.

Inovasi amatlah vital menurut ajaran-ajaran filsafat Tiongkok. Filsuf-filsuf dari negeri tersebut mendorong agar jangan ragu-ragu dalam menciptakan hal baru dan situasi kreatif itu perlu dipertahankan guna merespons setiap kesulitan yang timbul.

Para pemikir neo-konfutsian seperti Cheng Hao dan Cheng Yi menekankan kepentingan terus menerus melakukan perbaikan dengan menyampaikan, "Seseorang yang benar-benar tulus harus mencapai perkembangan baru setiap harinya dalam proses pembelajaran. Siapa pun yang mendapatkan peningkatan dari waktu ke waktu pasti akan mengalami pertumbuhan."

Inovasi terus berkembang di China. Pada masa jabatan 1993 hingga 2003, presiden China saat itu, Jiang Zemin, menekankan bahwa inovasi merupakan nyawa dari perkembangan sebuah bangsa serta tenaga penggerak tanpa akhir untuk kesejahteraan nasional.

Konsep inovasi yang menjadi warisan budaya Tiongkok diartikan sebagai penguatan kemampuan teknologinya sendiri. Sejak masa kepemimpinan Mao Zedong, China sudah menjadikan independensi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai tujuan utama untuk diraih.

Presiden Mao Zedong pernah mengatakan dengan jelas bahwa China tidak boleh hanya mengikuti perkembangan teknologi yang sudah terjadi di beberapa negara lain. Justru, China harus membuka jalannya sendiri dalam menciptakan struktur baru melalui penerapan teknologi tingkat tinggi.

"Kami tidak dapat mengejar aturan standar untuk perkembangan teknologi dari berbagai negara di seluruh dunia secara langsung. Kami tak boleh tertinggal oleh negara-negara lain satu per satu. Sebaliknya, kami harus membongkar struktur lama dan menjadikan Cina sebagai kekuatan modernisasi sosialisme dalam periode pendek ini dengan memanfaatkan teknologi terkini semaksimal mungkin," ungkap Mao.

Bidang ilmu pengetahuan dan teknologi berperan sebagai pusat kemajuan inovatif di Cina dalam proses pembangunan. Sejak masa reformasi ekonomi zaman Deng Xiaoping, negara ini memandang bahwa ilmu pengetahuan serta teknologi merupakan tenaga produksi yang harus dikuasai.

Impian Made in China 2025

Inilah serangkaian ide yang digunakan Tiongkok untuk menyusun berbagai inisiatif dengan tujuan mencapai ambisi mereka dalam penguasaan teknologi. Ambisi Tiongkok untuk menjadi mandiri secara teknologi sudah terbentuk jauh sebelum konsep Inisiatif Buatan di Tiongkok 2025 lahir.

Di bulan Januari tahun 1956 pada konferensi tingkat nasional keenamnya, Mao Zedong menekankan perlunya penyusunan strategi jangka panjang untuk mempercepat transformasi ketertinggalan ekonomi, ilmu pengetahuan, serta bidang budaya selama beberapa dasawarsa di China.

Berdasarkan gagasan itu, pemerintah Tiongkok kemudian merancang Rencana Jangka Panjang Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 1956–1967 dengan tujuan mengurangi keterlambatan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Proyek tersebut berfokus pada penguatan teknologi guna mengejar ketertinggalan. Di dalam proyek ini, China menganalisis pelajaran dari negeri-negeri lain lalu menyatukan ilmu setempatnya untuk menciptakan kedaulatan sendiri.

Langkah awal yang diambil oleh China dalam upaya meraih kemajuan teknologinya dapat disebut sebagai konsep perencanaan utamanya. Konsep tersebut juga berperan sebagai fondasi bagi pembangunan sains dan teknologi negara itu menuju masa depan.

Mulai saat itu, China secara teratur merencanakan berbagai inisiatif untuk kemajuan teknologinya. Pada masa sekitar tahun 1980-an ketika perekonomian mulai dibuka ke pasar global, China gencar menjalin kolaborasi internasional demi menerapkan teknologi-teknologi mutakhir.

Sampai dekade 1990-an, China fokus pada penutupan kesenjangan dalam hal informasi, infrastruktur, serta teknologi canggih. Upaya ini dilakukan dengan mengembangkan kembali program nasional lewat bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan.

Sekitar tahun 2000-an dan seterusnya, China memulai upaya intensif untuk meningkatkan kapabilitas pengembangan teknologi dengan mandiri. Perlahan-lahan, negara ini menetapkan tujuan untuk menjadikan dirinya sebagai pusat utama dalam bidang konstruksi teknologi.

Impian menjadi pemimpin di bidang teknologi terwujud melalui program Made In China 2025. Program ini merupakan usaha untuk mendominasi sektor teknologi canggih dengan memperkuat kapabilitas produksi dan pabrik lokal.

Made In China 2025 dirancang selama masa kepresidenan Xi Jinping dan diperkenalkan oleh Premier Li Keqiang pada tanggal 8 Mei 2015. Program ini menekankan pengembangan kapabilitas produksi guna mewujudkan kemerdekaan teknologinya sendiri sebagai prioritas utamanya.

Melalui program Made In China 2025, negeri tirai bambu ini bertujuan untuk memperkuat sektor produksi melalui pendekatan inovatif, mengejar standar kualitas tinggi serta peningkatan efisiensi dan pengintegrasian teknologi. Tujuannya adalah agar Tiongkok dapat mendominasi bidang teknologi dan tak lagi tergantung pada pihak asing.

Peningkatan kapabilitas produksi di bawah program Made In China 2025 terfokus pada sepuluh sektor teknologi maju, yakni meliputi beberapa bidang seperti dibawah ini:

  1. Industri TI generasi terbaru (chip, komputer kuantum, jaringan berkecepatan tinggi, sistem operasi, dan sebagainya)
  2. Alat mesin otomatis dan robotika
  3. Aviation and aerospace equipment
  4. Peralatan teknik lepas pantai dan pengiriman berteknologi tinggi
  5. Advanced rail transportation equipment
  6. Hemat energi dan kendaraan berenergi baru
  7. Electrical equipment
  8. New materials
  9. Bidang bioteknologi, farmasi, dan peralatan medis berperforma tinggi
  10. Agricultural machinery and equipment

Program Made In China 2025 direncanakan selama periode 10 tahun, yaitu antara tahun 2015 sampai 2025. Ini menandai masa uji coba bagi China untuk membuktikan pencapaian tujuannya. Laporan oleh kantor berita The South China Morning Post mengungkap hasil-hasil dari program Made In China 2025 tersebut.

Laporan yang disusun tahun kemarin menggambarkan adanya lebih dari 260 tujuan pengembangan pabrik di 10 zona industri tertentu sebagai bagian dari program Made In China 2025. Studi ini menyatakan bahwa 86% dari sasaran tersebut telah dicapai dengan sukses.

Sebagian tujuan seperti kendaraan berbasis listrik serta pembangkit tenaga terbarukan, sudah berhasil dicapai dengan cukup baik. Ini merupakan dampak langsung dari program Made in China 2025 yang menghasilkan kemajuan signifikan di negeri tersebut.

Beberapa kemajuan signifikan tersebut mencakup fakta bahwa China sudah membeli lebih banyak kendaraan listrik daripada kendaraan bermesin fosil, di mana merk lokal menjadi yang terfavorit. Selain itu, pesawat penumpang buatan China C919 juga telah dimulai layanan pada sejumlah jalur sibuk.

Selanjutnya, penerapan teknologi 5G secara luas telah memungkinkan para penumpang kereta api di China untuk menggunakan internet dengan kecepatan tinggi, termasuk ketika mereka sedang melintasi terowongan.

China juga semakin memiliki banyak pabrik pintar yang mengadopsi otomatisasi.

Dalam industri telekomunikasi, Tiongkok memiliki smartphone high-end yang mengusung chipset serta sistem operasi lokal, menjadikannya sebagai produk best-seller. Selanjutnya, kapasitas produksi shipyard di negara tersebut sudah melebihi Amerika Serikat hingga lebih dari 200 kali lipat.

Walaupun sudah meraih banyak prestasi, pengembangan teknologi di Cina masih belum sepenuhnya maksimal dalam beberapa bidang seperti fotolithography canggih untuk produksichip dan teknologi jaringan yang didasari oleh satelit.

Namun, pencapaian dalam program Made In China 2025 menunjukkan bahwa negeri ini sedang menuai kemajuan yang cepat serta berpotensi untuk bertanding di kancah dunia meskipun menghadapi hambatan signifikan dari Amerika Serikat.

Menyusun teknologi melalui pendidikan serta riset

Pencapaian tujuan impian program Made In China 2025 diterapkan menggunakan beberapa taktik. Salah satunya adalah penguatan kapabilitas tenaga kerja atau sumber daya manusia lewat bidang pendidikan.

Dalam program Made In China 2025, pengembangan tenaga kerja berkompeten adalah salah satu landasan utama dalam merancang infrastrukturnya. Untuk itu, pemerintah Cina menggunakan sistem ilmiah guna menyeleksi, merekrut, mengajar, serta melatih karyawan mereka.

Pengembangan keahlian keterampilan diarahkan guna memperkuat komitmen dalam bidang penelitian serta pengkajian teknologi penting. Perguruan tinggi ( universitas ) dan institusi yang menangani penyelidikan saintifik dipercepat agar bisa membantu dalam melakukan riset dan mengembangkan teknologi.

Berdasarkan laporan BBC, universitas-universitas di China dapat menghasilkan rata-rata 6.000 doktor dalam disiplin ilmu STEM (ilmu alam, teknologi, rekayasa, dan matematika) tiap bulannya. Sementara itu, angka tersebut di AS berkisar antara 2.000 hingga 3.000 orang, dan di Inggris mencapai sekitar 1.500 orang per bulan.

Tak hanya menghasilkan bakat melalui sistem pendidikannya, China juga menyuntikkan dana yang signifikan ke dalam penelitian dan pengembangan teknologi. Diperkirakan pada tahun 2024, negara ini akan merogoh kocek sebesar 3,6 triliun yuan (kira-kira Rp 8.200 triliun) untuk bidang tersebut.

Sepertinya dukungan penelitian dan pengembangan di China mulai berbuah. Sebagai contoh, dalam hal hak cipta atau paten, pada tahun 2023, China sukses mendaftarkan sekitar 1,7 juta paten, sementara Amerika Serikat hanya mengajukan sebanyak 600.000 paten.

China telah mencapai kemajuan pesat. Dua dekade lalu, jumlah patennya hanyalah setengah dari Amerika Serikat, satu per empat dari Jepang, serta tertinggal jauh dibandingkan dengan Korea Selatan dan negara-negara Eropa.

Penelitian tentang teknologi di China terus meningkat pesat. Sesuai dengan laporan yang dikeluarkan oleh institut kebijakan strategis Australia, selama periode tahun 2019 hingga 2023, negara tersebut telah mendirikan pusat-pusat riset utama dan memimpin dalam bidang-bidang penelitian penting pada 57 dari total 64 teknologi vital.

Teknologi penting tersebut meliputi teknologi militer, antariksa, energi, lingkungan, kecerdasan buatan (AI), bioilmu, robotics, cyber security, perhitungan digital, bahan maju, serta aspek-aspekt utama dari teknologi kuantum.

Pada rentang tahun 2003 hingga 2007, China mampu mencapai dampak penelitian yang signifikan dalam 3 dari 64 teknologi penting. Di sisi lain, Amerika Serikat berhasil mendominasi sebanyak 60 dari 64 teknologi tersebut selama periode sama. Akan tetapi, pada rentang tahun 2019 sampai 2023, AS hanya memegang kendali atas 7 dari 64 teknologi tersebut.

Agar dapat memajukan pendidikannya, China telah menyediakan anggaran yang tidak kalah signifikan. Menurut data dari situs web resmi Pemerintah China, total investasi dalam bidang pendidikan tahun 2023 sebesar 6,46 triliun yuan (kira-kira setara dengan 14.500 triliun rupiah).

Dari jumlah keseluruhan anggaran pendidikan tersebut, bagian tertinggi dibelanja untuk pendidikan dasar mencapai 2,84 triliun yuan (kira-kira Rp 5.000 triliun), disusul oleh belanja untuk pendidikan tinggi yang berjumlah 1,76 triliun yuan (hampir setara dengan Rp 3.900 triliun).

Sepertinya China sangat menyadari bahwa menciptakan teknologi baru tak bisa dilakukan tanpa mengembangkan sumber daya manusia lewat sistem pendidikan. Untuk itu, negeri tersebut merancang berbagai program guna membentuk bakat-bakat mereka dengan baik.

Mendidik talenta lewat pelatihan

Usaha pendidikan bakat untuk menciptakan perkembangan teknologi di China dilakukan melalui peningkatan beragam latihan. Di awal tahun kemarin, negara ini bertujuan menambah jumlah sumber daya manusia agar dapat mendorong pertumbuhan digital hingga tahun 2026.

Berbagai bentuk bantuan akan disediakan guna memperbaiki jumlah dan mutu bakat. Tidak hanya itu, China juga menyelenggarakan program pelatihan bagi tenaga kerja dalam bidang-bidang baru seperti big data, artificial intelligence, smart manufacturing, integrated circuits, serta keamanan informasi.

Pelatihan ini tidak hanya difokuskan pada bakat muda, tetapi juga menjangkau para profesional yang sudah mapan dari beragam sektor agar bisa menguasai teknologi tersebut.

Selanjutnya, para profesional dengan keterampilan digital yang sudah menuntut ilmu di luar negeri diberikan dorongan agar mereka dapat pulang dan mendirikan perusahaan baru, terlebih lagi dalam bidang seperti kecerdasan buatan, teknologi informasi, pabrik pintar, serta perdagangan elektronik.

Pada saat yang sama, bakat lokal dalam bidang digital bisa mendapatkan latihan di luar negeri. Dengan dukungan Tiongkok terhadap pendidikan serta pelatihan guna memperkuat sumber daya manusia ini sepertinya menjadi fokus utama. Wenfeng , sang founder dari DeepSeek, sangat yakin terhadap perkembangan industri kecerdasan buatan di dalam negeri.

Baru-baru ini, Wenfeng percaya bahwa industri kecerdasan buatan di China memiliki potensi untuk mengungguli Amerika Serikat berkat sumber daya manusia domestiknya yang terampil. Dia bermurah hati memaparkan bahwa seluruh staf DeepSeek adalah bakat asli Tiongkok.

Mendorong pendidikan vokasi

Salah satu sumber utama dalam melahirkan bakat-bakat di China merupakan lembaga-lembaga pendidikan vokasional atau kejuruan. Negara ini telah sukses menuntun bidang pendidikan praktis tersebut untuk mencetak individu-individu yang mahir di sektor-sektor industri modern.

Laporan perkembangan pendidikan vokasional Tiongkok tahun 2024 menyatakan bahwa 70% dari tenaga kerja baru dalam sektor manufaktur modern, industri strategis yang tumbuh pesat, serta jasa-jasa kontemporer adalah alumni dari lembaga-lembaga pendidikan teknik.

Hasil tersebut dicapai melalui upaya China yang telah merevitalisasi sistem pendidikan kejuruan.

Di tahun 2021, China mengupdate program studi yang bisa meliputi sektor-industri strategis yang sedang tumbuh pesat, jasa-jasa kontemporer, serta transisi digital.

Di luar pemutakhiran program studi, upaya pemerintah untuk meningkatkan jumlah sekolah vokasi di China terus berlanjut. Tahun 2023 saja, sekolah-sekolah menengah kejuruan telah membuka 1.266 lokasi baru yang fokus pada bidang-bidang ilmu sesuai dengan sektor-industri penting dan sedang mengalami pertumbuhan pesat.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Pendidikan China, negara ini sudah mempunyai sekitar 11.000 sekolah kejuruan atau vokasi pada tahun 2023, meliputi berbagai bidang seperti teknik dan lainnya, dengan jumlah total murid mencapai kurang lebih 35 juta orang yang menuntut ilmu di tempat-tempat itu.

Bantuan institusi pendidikan dalam mengasah kemampuan siswa

Impian China dalam penguasaan teknologi vital bukan hanya bergerak sendirian. Institusi pendidikan seperti kampus dan universitas di negara tersebut turut memainkan peranan signifikan dalam mendorong kemajuan teknologi utama melalui pembentukan bakat digital yang handal.

Menurut laporan dari Reuters, sejumlah perguruan tinggi terkemuka di China telah secara bersama-sama menyatakan penambahan kuota penerimaan mahasiswa yang berfokus pada pembinaan bakat dalam area teknologi vital seperti kecerdasan buatan atau AI.

Pernyataan itu muncul setelah beberapa universitas di Cina mengenalkan program studi tentang kecerdasan buatan (AI) pada bulan Februari lalu, menyusul debut DeepSeek yang mencolok; sebuah sistem AI asli Tiongkok yang memiliki kualitas bersaing dengan teknologi AI Amerika Serikat namun dibuat dengan anggaran lebih rendah dan menggunakan sumber daya manusia lokal.

Munculnya DeepSeek yang dikembangkan oleh tim lokal di China membuktikan kesuksesan negara ini dalam membangun dan mengoptimalkan potensi tenaga kerja dalam negerinya serta mengatasi batasan terbaru dari Amerika Serikat terhadap visa mahasiswa asal Tiongkok.

Kesemua universitas kelihatan berdedikasi pada pengembangan bakat lokal dalam sektor teknologi vital.

Pada pengumuman bersama tersebut, Universitas Peking menyebutkan bahwa mereka berencana menambah 150 slot bagi mahasiswa Sarjana di tahun ini dengan penekanan pada sektor-sektor vital yang sedang tumbuh pesat, termasuk ilmu serta teknologi informasi, rekayasa atau engineering, dan kedokteran klinik.

Selanjutnya, Universitas Renmin menyebutkan bahwa pihaknya akan menambah lebih dari seratus slot dalam berbagai disiplin ilmu termasuk kecerdasan buatan guna mendorong kreativitas dan peningkatan teknologi.

Berikutnya, Universitas Shanghai Jiao Tong berencana untuk menambah 150 slot studi dengan penekanan pada teknologi canggih dan sektor industri yang semakin diperlukan saat ini, termasuk kecerdasan buatan, sirkuit integrasi, bidang biomedis, layanan kesehatan, serta energi alternatif.

Sinergi antar institusi pendidikan dalam mensupport rencana strategis nasional guna menguasai sektor industri serta teknologi didasarkan pada rancangan pendidikan yang dirilis oleh China di bulan Januari lalu.

Di awal tahun ini, China merilis dokumen strategi nasional pertama mereka dengan tujuan mendirikan negara berpendidikan yang solid hingga tahun 2035. Ini bertujuan untuk menyelaraskan perkembangan sistem pendidikannya serta mendorong kinerja inovatif menjadi lebih baik.

Pembelajaran tentang teknologi sejak usia muda

Di luar program perguruan tinggi, China juga merancang kurikulum untuk bidang-bidang teknologi kunci seperti Kecerdasan Buatan (AI) mulai dari jenjang Sekolah Dasar hingga Menengah. Negara ini berharap agar bakat muda bisa mempelajari AI sejak usia dini.

Sebagaimana dikutip dari Fortune, mulai semester kedua tahun ini, sekolah dasar dan menengah di Beijing, ibu kota Tiongkok,akan menyediakan paling tidak delapan jam pelajaran tentang kecerdasan buatan tiap tahun ajarannya yang mencakup bermacam-macam topik.

Anak usia enam tahun akan diperkenalkan pada penggunaan chatbot serta peralatan lainnya, dasar-dasar teknologi, dan etika kecerdasan buatan.

Komisi Pendidikan Kota Beijing menyebutkan bahwa sekolah-sekolah dapat mencampuradukkan materi tentang kecerdasan buatan (AI) dengan mata pelajaran yang telah ada seperti Teknologi Informasi dan Sains, atau mereka punya opsi untuk menjalankannya secara mandiri sebagai satu subjek tersendiri.

Mereka juga menjelaskan rancangan untuk menciptakan kurikulum kecerdasan buatan yang dapat digunakan dalam periode tertentu, mendirikan program pendidikan dan pelatihan umum tentang AI, merilis platform dukungan, serta mendorong minati para siswa pada bidang ini.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan posisi China dalam persaingan kecerdasan buatan. Inisiatif mengintegrasikan pembelajaran tentang AI mulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga Menengah hadir berdasarkan arahan Kementerian Pendidikan Cina yang dirilis pada semester terakhir tahun sebelumnya.

Di bulan Desember tahun 2025, Departemen Pendidikan di Cina menyatakan telah menunjuk 184 sekolahan di negara tersebut sebagai contoh utama dan acuan bagi pelaksanaan kurikulum kecerdasan buatan. Hal ini bertujuan untuk membentuk fondasi pengembangan program pendidikan yang lebih komprehensif kedepannya.

Kini, China melihat kecerdasan buatan (AI) sebagai elemen krusial dalam sistem pendidikannya. Rangkaian strategi ini mencerminkan betapa pentingnya pendidikan dalam mewujudkan impian China untuk mendominasi bidang teknologi.

Penekanan pada pengayaan pendidikan guna mencetak bakat bukan hanya dilakukan dalam satu tahapan saja. Mulai dari jenjang pendidikan awal sampai ke perguruan tinggi, semuanya memiliki peran penting dalam mendorong kemajuan teknologi di Cina.

Dalam program Made In China 2025, upaya-upaya yang dilakukan oleh Tiongkok dalam beragam sektor, seperti pembinaan sumber daya manusia melalui pendidikan, dengan tujuan mendominasi pasar industri serta teknologi sebenarnya tak terbatas hingga tahun 2025 saja.

Setiap taktik diterapkan guna mempersiapkan diri menjelang tahun 2049, yaitu seratus tahun sejak pendirian Republik Rakyat China. Dalam visi jangka panjang tersebut, negeri tirai bambu ini bertujuan merajalela sebagai raksasa global serta poros produksi internasional dengan memiliki teknologi dan infrastruktur industri canggih unggulan.

Raih informasi terkini seputar teknologi dan perangkat elektronik yang dipilih khusus untuk Anda setiap harinya. Silakan gabung ke kanal WhatsApp KompasTekno dengan mengeklik tautan tersebut. https://whatsapp.com/channel/0029VaCVYKk89ine5YSjZh1a Anda perlu menginstal aplikasi WhatsApp terlebih dahulu di telepon seluler Anda.

Posting Komentar

-->