ZMedia Purwodadi

Neta Auto: Di Ujung Kebangkrutan

Table of Contents

JAKARTA, - Mobil listrik Neta resmi masuk ke pasar Indonesia pada tahun 2023 dan masih beroperasi sampai saat ini. Tetapi baru-baru ini terdengar kabar bahwa perusahaan otomotif dari Cina itu sedang menghadapi kesulitan keuangan.

Dikutip dari Carnewschina.com , Kamis (20/3/2025), Neta Auto dikabarkan telah memutuskan untuk membubarkan semua departemen riset dan pengembangannya akibat kondisi finansial yang kian sulit.

Tahap tersebut menyebabkan sejumlah besar pekerja menulis dan menandatangi dokumen penghentian kontrak kerja baru-baru ini.

Berdasarkan beberapa sumber, kira-kira 200 pegawai sudah mulai meninggalkan perusahaan ini, yang mana jumlah tersebut merupakan sebagian dari keseluruhan pekerja sebanyak 1.700 orang.

Dalam konteks penjualan, Neta menghadapi tantangan sepanjang tahun ini. Berdasarkan data China EV Tracker, volume penjualannya di China untuk bulan Januari merosot 98% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, sementara pada Februari jumlahnya hanya mencapai kurang dari 400 unit.

Perusahaan sudah menetapkan potongan gaji besar-besaran, di mana para pekerja yang masih bertahan harus rela mendapatkan penghasilan berkurang hingga 75% sebelum bulan Oktober tahun 2023. Sebagian pegawai yang pergi hanya memperoleh upah minimum dari Kota Shanghai.

Laporan tersebut mengungkapkan bahwa gaji penggantian yang dijanjikan kepada pekerja yang meninggalkan perusahaan pada November 2023 belum dicairkan. Kantor utama Neta Auto di Shanghai telah berubah menjadi tempat pertemuan bagi para penyedia barang dan jasa yang protes serta menuntut pelunasan pembayaran yang terlambat.

Laporan media menyatakan bahwa sejumlah penyuplai sudah berkumpul di markas utama Neta Auto di Shanghai guna mendesak pembayaran, dengan beberapa di antaranya bahkan memilih untuk tidur di lantai bangunan tersebut.

Beberapa penyebab utama dari krisis ini berasal dari pendekatan CEO sebelumnya, yang terlalu fokus pada pengembangan saluran. B to B dan mengabaikan area lain.

Pendiri Fang Yunzhou, yang saat ini sudah menjabat kembali sebagai CEO, telah menjelaskan perubahan fokus ke pasar internasional serta pengembangan produk-produk yang profitable.

Namun, beberapa informasi mengindikasikan bahwa hutang Neta dapat menyentuh angka 10 miliar yuan atau kira-kira setara dengan Rp 23 triliun. Akibatnya, hal ini memunculkan ketakutan terhadap prospek pulihnya perusahaannya, walaupun saat ini sedang dibahas pencairan dana dari sebuah lembaga keuangan milik pemerintah luar negeri.



Posting Komentar

-->