ZMedia Purwodadi

Raja Juli Komentari Ceramah Anies, Ketua Takmir Masjid UGM Buka Suara

Table of Contents

Ceramah yang disampaikan oleh Anies Baswedan di Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) pada hari Senin, 3 Maret 2025, telah menarik perhatian dan mendapatkan komentar dari Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, melalui akun Twitter pribadinya.

Menanggapi hal tersebut, Mohamad Yusuf selaku Ketua Takmir Masjid Kampus UGM mengungkapkan bahwa setiap pernyataan yang dilontarkan oleh Gubernur DKI Jakarta pada periode 2017 hingga 2022 tersebut pasti akan mendapatkan tanggapan dari berbagai pihak.

Pada hari Jumat, 7 Maret 2025, Yusuf menjelaskan bahwa bukan hanya Anies Baswedan yang menjadi pembicara di Masjid Kampus UGM, tetapi juga banyak tokoh lainnya yang telah memberikan ceramah dalam rangkaian acara Ramadhan Public Lecture. Mereka semua menyampaikan tema dan isu yang serupa, mencerminkan kegelisahan yang sama di kalangan masyarakat.

“Tidak hanya Pak Anies yang berbicara, banyak pembicara lain dalam tiga kegiatan Ramadhan di Kampus (RDK) yang juga memiliki topik dan isu yang hampir serupa, yang mengungkapkan kegelisahan yang sama. Jadi, jika hanya fokus pada Pak Anies, itu adalah pandangan yang keliru,” ungkap Yusuf.

Yusuf juga menekankan pentingnya untuk memahami konteks di mana Anies Baswedan memberikan ceramah tersebut. Ia menjelaskan bahwa Anies berbicara di masjid yang berada di lingkungan kampus, bukan sembarang masjid. Dalam hal ini, masjid kampus berfungsi sebagai salah satu media untuk mendorong pengembangan nalar kritis di kalangan civitas akademika.

“Masjid kampus adalah bagian dari upaya untuk membangun nalar kritis di kalangan akademisi. Saya percaya bahwa konsep ini juga diadopsi oleh masjid, mengingat lokasinya yang berada di lingkungan kampus,” ujarnya.

Lebih lanjut, Yusuf menjelaskan bahwa nalar kritis ini sangat penting untuk membantu semua pihak dalam memahami fenomena ceramah secara lebih komprehensif dan objektif. Oleh karena itu, sangat wajar jika para pembicara menyampaikan kritik terhadap kebijakan negara.

“Ketika pembicara menyampaikan kritik terhadap kebijakan negara, itu bukan hanya tentang pemerintah, tetapi juga mencakup kebijakan legislatif dan yudikatif. Menurut saya, ini adalah hal yang wajar karena merupakan bagian dari upaya membangun nalar kritis di kampus, salah satunya melalui masjid,” kata Yusuf.

Mengenai pemilihan Anies Baswedan sebagai pembicara, Yusuf menjelaskan bahwa kehadirannya berkaitan dengan tema Ramadhan di Kampus (RDK) yang diangkat tahun ini, yaitu “Ramadhan Berdaya.” Ia menilai bahwa Anies adalah sosok yang tepat untuk mengusung tema tersebut.

“Awalnya, kami merumuskan tema besar untuk Ramadhan tahun ini. Untuk kegiatan RDK, tema besarnya adalah Ramadhan Berdaya, yang mencakup pembangunan yang inklusif dan berbagai aspek lainnya,” ujarnya.

Yusuf menambahkan bahwa tema besar tersebut kemudian dirinci menjadi beberapa sub-tema yang berkaitan dengan ekonomi, pendidikan, infrastruktur, dan berbagai aspek lain. Setelah merumuskan tema, mereka mencari pembicara yang memiliki kemampuan untuk menyampaikan materi sesuai dengan tema yang telah ditentukan.

“Kami juga menyusun Term of Reference (TOR) untuk setiap tema. Setiap tema pasti memiliki dasar pemilihan dan harapan terkait topik yang akan dibawakan oleh pembicara. Hal ini kami sampaikan kepada pembicara agar mereka dapat berpegang pada TOR yang kami berikan,” jelasnya.

Di sisi lain, Yusuf juga mengungkapkan bahwa kegiatan Ramadhan di Kampus (RDK) UGM telah berlangsung selama puluhan tahun dan menjadi tradisi yang terus dijaga hingga saat ini.

“Kami berharap masjid ini tidak hanya menjadi ruang untuk membangun spiritualitas, tetapi juga untuk membangun intelektualitas,” ujarnya.

Oleh karena itu, topik-topik yang diangkat dalam RDK UGM tidak hanya terbatas pada aspek teologi keagamaan Islam, tetapi juga mencakup isu-isu sosial kemasyarakatan.

“Jika kita melihat keseluruhan dari tema besar hingga sub-tema yang diusung, itu menunjukkan bahwa kami memiliki upaya dan harapan untuk membangun dua aspek tersebut, yaitu spiritualitas dan intelektualitas,” tambahnya.

Pemilihan pembicara untuk ceramah di Masjid Kampus UGM dilakukan dengan sangat cermat, mempertimbangkan berbagai aspek. Bahkan, saat pemilihan presiden atau pemilihan kepala daerah, Masjid Kampus UGM tidak mengundang tokoh-tokoh yang mencalonkan diri.

“Tahun lalu, kami tidak mengundang Pak Mahfud, Pak Ganjar, maupun Pak Anies, karena kami ingin menghindari pembicaraan politik praktis. Kami ingin membedakan antara politik praktis dan pendidikan politik. Ini adalah bukti bahwa kami tidak mengajarkan politik praktis, karena tahun lalu kami tidak mengundang kontestan pemilu, termasuk kontestan pilkada,” ungkapnya.

Namun, Yusuf menambahkan bahwa jika ada unsur pendidikan politik yang disampaikan oleh pembicara dalam ceramah di Masjid Kampus UGM, ia melihatnya sebagai hal yang wajar.

“Jika ada pendidikan politik dalam materi yang disampaikan oleh pembicara, itu adalah hal yang wajar dan sejalan dengan harapan kami untuk menjadikan masjid sebagai media dalam membangun nalar kritis,” ujarnya.

“Kami sekali lagi menegaskan bahwa dalam memilih pembicara, kami mempertimbangkan kapasitas mereka terhadap topik yang kami usulkan,” kata Ketua Takmir Masjid Kampus UGM, Mohamad Yusuf.

Beberapa tokoh yang telah memberikan ceramah di masjid tersebut antara lain Mahfud MD, Anies Baswedan, Seto Mulyadi, dan Ganjar Pranowo. Selain itu, ada juga Menteri Agama Nasaruddin Umar serta Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria.

Yusuf menekankan bahwa ketokohan seseorang bukanlah faktor utama dalam pemilihan pembicara. Yang lebih penting adalah kapasitas dan relevansi mereka dengan materi yang akan dibawakan.

“Jadi sekali lagi, kami tidak menilai dari segi ketokohan, itu bukan prioritas utama. Kami lebih fokus pada kapasitas pembicara untuk menyampaikan materi yang kami usulkan, topik yang kami ajukan,” pungkasnya.


Posting Komentar

-->