ZMedia Purwodadi

7 Ucapan Halus yang Kelihatannya Lembut Tapi Secara Tersembunyi Mencelakakan Hati

Table of Contents

Pernahkan kau dengar seseorang berbicara dengan nada hangat namun ada hal aneh sehingga membuatmu merasa tersakiti?

Ungkapan semacam itu biasanya masuk ke dalam jenis komunikasi pasif-agresif, yaitu cara berbicara yang kelihatan halus dari luar tetapi sesungguhnya menyembunyikan ejekan atau kritik terselubung.

Banyak individu mengucapkan frasa yang bersifat pasif-agresif tersebut untuk mengekspresikan ketidaksukaan atau kekesalan mereka tanpa perlu tampak kasar.

Menurut artikel di laman Personal Branding Blog pada hari Jumat (25/4), berikut adalah 7 frasa yang tampaknya sopan namun sebenarnya dapat menyinggung perasaan dengan cara halus.

1. "Hanya main-main saja, tenang dulu!"

Pernyataan ini kerapkali diucapkan setelah ada orang yang telah melukai perasaan pihak lain dengan kata-katanya. Ketika korban memberikan respons, individu itu biasa menjawab "tenang saja" atau "hanyalah lelucon" guna mendinginkan suasana.

Inilah caranya mereka menghindari kesalahan atas perkataan mereka yang mungkin dianggap kasar atau menyinggung.

Lebih parahnya lagi, kemudian mereka dapat memindahkan fokus pada diri kita, seakan-akan kita lah yang terlalu peka, padahal mereka-lah yang telah berbicara dengan kata-kata menusuk.

Baris kata ini kerap dipakai sebagai penutup atas perilaku tak layak yang bikin kita menjadi kebingungan tentang apa sebenarnya yang dirasakan.

Ini menyebabkan keraguan apakah kami terlalu sensitif dalam menanggapi atau sebenarnya pilihan kata mereka yang kurang tepat.

2. "Tanpa bermaksud menyakiti perasaan, tetapi..."

Kalimat tersebut umumnya disertai dengan kritikan atau komentar yang kurang menyenangkan. Saat ada orang berkata "Saya tidak berniat menyinggung," itu berarti mereka akan segera mengatakannya, dan hal itu bisa jadi akan membuat kita merasa terganggu.

Inilah cara mereka berusaha membela diri atas kritikan atau perkataan kasar yang ditujukan kepada mereka, dengan harapan kita tidak akan terlalu kesal lantaran mereka telah memberitahu kita lebih dulu.

Akan tetapi, fakta bahwa frasa tersebut hanya menjadikan mereka terlihat seperti sedang berusaha agar tak bertanggung jawab atas perasaan kita. Hal itu merupakan strategi untuk melewatkan dampak dari kata-kata mereka.

3. "Kamu sangat beruntung..."

Baris itu kelihatan menguntungkan, namun biasanya tersirat rasa tidak puas atau iri di dalamnya.

Saat seseorang berkomentar "Kau begitu beruntung mempunyai rumah indah" atau "Kau benar-benar diberkati dapat bekerja di rumah", jangan salah; mereka mungkin sedang merasakan rasa cemburu atau bahkan mengecilkan upaya kita untuk mencapai hal-hal itu.

Kalimat tersebut menyiratkan bahwa kami tak memperoleh sesuatu dari usaha kami sendiri, melainkan hanya berkat nasib baik saja.

Hal ini dapat membuat seseorang merasa rendah diri, khususnya bagi mereka yang sudah berjuang keras untuk mendapatkan jabatan atau prestasi tertentu.

Kata-kata tersebut mengindikasikan bahwa upaya serta jerih payah kita tak terakui, dengan nasib baik menjadi penentu segalanya. Hal itu pun dapat membawa rasa tidak disyukuri, sebab prestasi kita justru diremehkan.

4. "Wah, kamu sangat berani menggunakan pakaian tersebut."

Ungkapan ini kerap dipakai untuk mengomentari tampilan atau keputusan orang lain, tetapi dapat berbaur menjadi hina dan menyinggung perasaan mereka.

Walaupun kelihatannya sebagai pujian, biasanya ada arti tersirat yang menunjukkan bahwa keputusan kita unik, kurang baik, atau mungkin tak sesuai.

Sebagai contoh, apabila seseorang mengatakan "Wah, kamu berani banget pakai baju itu" terhadap pilihan busana yang Anda kenakan, sebenarnya mereka sedang memberikan penilaian buruk kepada Anda walaupun dengan menyembunyikannya di balik bentukan pujian.

Inilah cara yang halus untuk menundukkan kita sementara seolah-olah sedang memuji. Bila diucapkan dengan nada sindiran atau ejekan, pastinya akan membuat kita merasa tak nyaman dan mulai meragukan keputusan diri sendiri.

5. "Mohon maaf bila Anda merasa seperti itu."

Frases ini kelihatannya adalah ucapan penyesalan, tetapi sesungguhnya justru menekankan emosi pihak yang merasa tersinggung.

Mereka tak mengakuinya sebagai kesalahan mereka sendiri, malah memposisikan kita bertanggung jawab atas emosi yang kita alami. Seperti halnya kesalahan berada di pihak kita yang terlalu tajam persepsinya atau terlalu peka terhadap ucapan mereka.

Ini berbeda dari permintaan maaf yang jujur, misalnya "Maaf kalau perkataanku menyinggung perasaanmu," yang mencerminkan pengakuan terhadap tindakan mereka yang menimbulkan rasa sakit.

Pernyataan ini sebenarnya merupakan pertahanan pribadi, mengingat mereka tak sungguh-sunguh menyesali tindakannya. Hal itu dapat menyebabkan individu yang terasa tersentil justru merasa kurang diperhitungkan, seperti perasaannya dibuat remeh.

6. "Harapannya kau selalu dalam keadaan sehat."

Pernyataan ini kadang-kadang terdengar sangat peduli, tetapi juga dapat terkesan sangat menzalimi, bergantung pada bagaimana ia disampaikan.

Apabila diucapkan dengan senyum atau nada yang menusuk, frasa tersebut dapat memiliki makna melebihi sekedar permintaan maupun kebaikan hati. Frasa ini kerapkali dipakai sebagai sindiran ataupun bentuk belas kasihan terhadap seseorang tanpa ada niat tulus dalam memberikan simpati.

Sebagai contoh, apabila seseorang berkomentar "Semoga kamu selalu baik" ketika kita menceritakan suatu permasalahan, hal tersebut dapat terinterpretasikan sebagai penyepelehan atas kondisi yang sedang dihadapi.

Hal ini dapat menunjukkan bahwa mereka sebenarnya tidak sungguh-sungguh memperhatikan atau mengerti tentang pengalaman yang sedang kita hadapi, walaupun mereka mencoba kelihatan prihatin.

7. "Keren banget untukmu!"

Pernyataan tersebut kelihatannya sebagai bentuk penghargaan atau komplimen, namun pada umumnya diucapkan dengan nada yang kurang jujur atau bahkan sinis.

Jika seseorang mengucapkan "Sangat bagus untukmu!" dengan nada tak tulus, hal tersebut dapat membuat kita merasa bahwa prestasi kita tidak terakui.

Frases ini umumnya digunakan saat seseorang menyaksikan kita meraih hal-hal yang menurut pandangan mereka kurang berarti atau remeh.

Sebagai contoh, apabila kita menyampaikan bahwa kita telah memulai rutinitas olahraga atau mengeksplorasi kegiatan baru, mereka mungkin akan berkata "Keren sih untukmu!" tetapi dengan intonasi yang seakan-meremehkan.

Hal itu dapat membawa perasaan kalau mereka tak memperdulikan kesuksesan kita serta justru menyepelekannya. Ucapan tersebut mungkin mencerminkan sikap acuh atau kemungkinan iri, yang akhirnya bikin kita terasa disepelekkan atau enggak dihargai.

Posting Komentar

-->