ZMedia Purwodadi

Mau Tahu Mengapa Anda Sulit Menyambut Kebijakan? Inilah 7 Karakter Orang yang Rusakkan Diri Sendiri di Balik Keberuntungan

Table of Contents

Terkadang hidup berlangsung lancar, karir melambung tinggi, hubungan damai, dan finansial stabil; semuanya terasa sempurna. Saat-saat indah tersebut harus dapat dihayati dengan penuh tanpa adanya ketakutan berlebih yang membebani pemikiran.

Namun, bagi beberapa individu, ketika semuanya berjalan lancar dan mulus, mereka malah mendapat dorongan batin untuk melakukan tindakan yang mungkin merenggut kestabilan tersebut. Sepertinya mereka tak merasa nyaman dengan pencapaian sukses atau rasa bahagia yang diterima.

Dilansir dari Geediting.com pada hari Jumat (25/4), berikut ini merupakan sejumlah karakteristik umum yang biasa diperlihatkan oleh orang-orang yang memiliki kecenderungan untuk menghancurkan dirinya sendiri ketika semuanya mulai tampak begitu menarik dan membahagiakan.

1. Menelusuri Sebab-sebab Mengapa Keberanian Itu Tak Berkelanjutan

Salah satu tanda yang timbul adalah adanya pemikiran negatif mengenai kelangsungan berbagai hal positif dalam kehidupan mereka. Mereka lebih condong untuk menemukan kelemahan dan ketidaksempurnaan, meyakini bahwa kegembiraan ataupun kesuksesan yang kini dialami hanyalah bersifat sementara.

2. Menghasilkan Drama atau Konflik yang Tak Diperlukan

Saat situasi dalam suatu hubungan atau lingkungan sosial tampak tenang dan mapan, ada tendensi bagi sebagian orang untuk sengaja menciptakan ketidakstabilan atau perselisihan kecil. Mereka bisa menghasut perdebatan dengan pasangan, sahabat, maupun kolega kerja tanpa adanya penyebab utama yang nyata.

3. Mengalami Kecemasan Berlebihan Saat Situasi Damai

Kondisi yang damai dan stabil dapat menyebabkan perasaan cemas atau ketidaknyamanan mendalam pada diri mereka. Terdapat suatu dorongan tak sadar terhadap gangguan atau tantangan agar mereka dapat mengembalikan rasa 'biasa' seperti sedia kala.

4. Mengambil Kebijakan Cepat Tanpa Pertimbangan yang Berakibat Buruk

Saat momentum yang bagus tengah terbentuk, mereka mungkin secara mendadak melakukan tindakan ekstrem atau cepat tanpa pertimbangan yang dapat meruntuhkan kemajuan. Keputusan impulsif seperti itu biasanya kurang dipertimbangkan dengan baik dan bisa menimbulkan efek negatif pada pencapaian hasil positif sebelumnya.

5. Mengelakkan Tugas Esensial Secara Tak Berdasar

Sebaliknya dari menggunakan tenaga baik dari prestasi atau kesuksesan, mereka justru mengalami penundaan dalam mengerjakan pekerjaan penting tersebut. Tingkah laku sering kali tertunda ini dapat memperlama perkembangan dan berpotensi membentuk kendala baru di waktu akan datang yang nantinya bisa menjadi bumerang.

6. Merasa Kurang Berhak atas Kecapaian

Di belakang kesuksesan yang tampak di permukaan, mungkin terdapat rasa dalam bahwa sesungguhnya mereka merasa tak layak mendapatkan segalanya. Pandangan buruk mengenai nilai diri sendiri ini dapat membuat mereka tanpa disadari melakukan tindakan yang akan 'menyatakan' kurangnya kelayakan tersebut.

7. Menekankan Aspek Negatif Walaupun Ada Banyak Positif

Meskipun telah terdapat berbagai macam hal positif, pemikiran mereka lebih condong kepada fokus pada satu atau dua elemen yang belum sepenuhnya memuaskan. Hal ini membuat mereka merasa sulit untuk bisa mengapresiasi ataupun menikmati seluruh sisi kondisi yang menyenangkan tersebut akibat keterbatasan dalam melihat dari perspektif besar dan justru berkonsentrasi pada detail-detail sepele yang dirasakan sebagai kendala.

Mengenal karakteristik tersebut dapat mempermudah dalam mendeteksi tanda-tanda sabotase diri ketika seseorang atau kerabat dekat mulai merasakan keberuntungan. Kebanyakan waktu, tingkah laku semacam itu bermula dari rasa takut, khawatir, atau pandangan negatif yang harus diidentifikasi dan ditangani dengan bertahap supaya berhasil benar-benar bisa dinikmati.

(*)

Posting Komentar

-->