ZMedia Purwodadi

WhatsApp Hadirkan Fitur Ringkasan Pesan Berbasis AI, Privasi Tetap Dijaga

Table of Contents

Bogor – Meta resmi memperkenalkan fitur baru berbasis kecerdasan buatan (AI) di aplikasi WhatsApp berupa ringkasan pesan. Fitur ini dirancang untuk membantu pengguna dalam mengejar pesan-pesan yang belum dibaca, khususnya dalam obrolan dengan percakapan panjang. Meta menegaskan bahwa ringkasan ini hanya dapat diakses oleh pengguna itu sendiri dan tidak akan terlihat oleh orang lain dalam obrolan.

Hanya Pengguna yang Dapat Melihat Ringkasan

Fitur ringkasan pesan ini tidak aktif secara default, tetapi WhatsApp akan menampilkan ikon kecil untuk menunjukkan ketersediaannya. Ringkasan akan ditampilkan berdasarkan analisis percakapan dengan bantuan AI, dan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pengguna dalam merespons pesan-pesan penting.

Meta saat ini meluncurkan fitur ini terlebih dahulu di Amerika Serikat, dengan dukungan bahasa Inggris. Perusahaan berencana memperluas dukungan ke berbagai negara dan bahasa lainnya pada akhir tahun 2025.

Privasi Tetap Jadi Prioritas

Meta menegaskan bahwa privasi pengguna tetap menjadi prioritas utama. Fitur ini dibangun dengan teknologi Private Processing yang diluncurkan Meta pada April lalu. Teknologi ini memungkinkan fitur AI beroperasi tanpa mempengaruhi sistem enkripsi end-to-end milik WhatsApp, sehingga tidak ada pihak lain—termasuk Meta—yang bisa mengakses isi pesan pengguna.

“Kami memastikan bahwa tidak ada seorang pun, termasuk Meta dan WhatsApp, yang dapat membaca atau membagikan pesan pribadi Anda,” tulis perusahaan dalam unggahan blog resminya.

Fitur ini akan tersedia di platform Android dan iOS, memastikan semua pengguna di berbagai perangkat memiliki pengalaman yang konsisten.

Rekam Jejak Privasi Meta Jadi Sorotan

Meski demikian, rekam jejak Meta dalam urusan privasi masih menjadi sorotan sejumlah negara. Baru-baru ini, Nigeria menuduh Meta melakukan pelanggaran data pengguna. Penyelidikan gabungan antara Komisi Persaingan dan Perlindungan Konsumen (FCCPC) serta Komisi Perlindungan Data Nigeria (NDPC) mengungkap praktik pengumpulan data yang dianggap invasif selama periode Mei 2021 hingga Desember 2023.

Investasi Besar di AI, Saham Meta Meroket

Meta menunjukkan ambisi serius di sektor AI. Perusahaan induk Facebook, Instagram, dan WhatsApp ini menggelontorkan dana sebesar USD 7,4 miliar untuk mengakuisisi 49% saham dari perusahaan rintisan Scale AI. Langkah ini dinilai sebagai bagian dari upaya memperkuat ekosistem kecerdasan buatan mereka.

Meski demikian, CEO OpenAI, Sam Altman, mengklaim bahwa Meta mencoba merekrut tim AI-nya dengan tawaran yang "raksasa", termasuk bonus penandatanganan sebesar USD 100 juta.

Namun strategi ini tampaknya membuahkan hasil. Saham Meta dilaporkan naik 18% pada kuartal terakhir, melampaui kenaikan pasar umum sebesar 12% dalam periode yang sama.

Secara keseluruhan, total return saham Meta dalam tiga tahun terakhir mencapai 336,81%, jauh mengungguli rata-rata industri Media Interaktif di AS dan pasar global.

“Peningkatan performa ini menjadi sinyal kuat bahwa investor percaya pada visi jangka panjang Meta dalam mengintegrasikan AI ke berbagai lini bisnis,” tulis analis pasar dalam laporan bulanan.

Dituduh Menjiplak Telegram

Terpisah dari peluncuran fitur baru ini, pendiri Telegram Pavel Durov menuding WhatsApp telah menjiplak fitur-fitur milik Telegram. Dalam wawancara terbaru, Durov mengklaim bahwa Meta mempekerjakan tim khusus untuk mengawasi Telegram dan menerapkan fitur serupa dengan jeda waktu lima tahun.

“WhatsApp meniru segalanya yang kami lakukan. Tapi saya tidak keberatan, itu justru validasi terhadap inovasi kami,” kata Durov.

Meski demikian, Telegram tetap mempertahankan pendekatan berbeda, termasuk tidak menggunakan chatbot bawaan, melainkan memberi kebebasan kepada pengguna untuk mengintegrasikan bot sesuai preferensi masing-masing. 

Posting Komentar

-->